Rabu, 12 November 2014

Refleksi Filsafat Pendidikan Matematika II



Refleksi Filsafat Pendidikan Matematika II
"Bagaimana membangun dunia dari yang ada dan yang mungkin ada"
(Terinspirasi pada pekuliahan Filsafat Pendidikan Matematika oleh Prof. Marsigit pada hari Rabu, tanggal 29 Oktober 2014, pukul 09.00- 10.40, D01.204)

 


Pada hari ini saya (Prof. Marsigit) akan menunjukan kepada Anda, bagaimana membangun dunia dari yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada dapat berupa bolpen, semut, daun, jilbab, dll.
Objek dari filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Mari kita mengeksplor dari yang ada dan yang mungkin ada. Apa yang akan kita eksplor? Setiap yang ada dan yang mungkin ada memiliki sifat. Ada berapa sifat? Ada banyak sifat. Secara garis besar terdapat dua sifat yaitu yang besifat ekstensif dan intensif. Contoh yang ada biru, jika di intensifkan menjadi biru 1, biru 2 dan seterusnya. Jika di ekstensifkan yang ada itu memiliki warna, bentuk, harga, manfaat dan seterusnya.
Disini saya akan mengambil beberapa sifat penting. Yang pertama adalah bersifat tetap dan yang kedua bersifat berubah. Dari posisi ini berlanjut terus sampai akhirnya terdapat kapal dan ikan. Apakah ini? Ikan.Ini siapa? Inilah yang dinamakan dimensi.
Carilah yang tetap dan yang berubah di dalam dirimu. Yang tetap yaitu jumlah mata. Yang berubah yaitu pikiran, umur, berat badan. Yang tetap biasanya berdomisili di dalam pikiran, sedangkan yang berubah yang berada di luar pikiran. Dan yang tetap tokohnya adalah Permenides. Filsafatnya disebut Permenidesianisme. Yang berubah tokohnya Heraklitos. Filsafatnya disebut Heraklitosianisme. Yang tetap di dalam pikiran jumlahnya satu, yang berubah di luar pikiran jumlahnya puluhan. Maka lahirlah pluralisme dan idealisme. Misalnya sebuah penghapus. Bagian depan penghapus ini berwarna hitam. Sekarang penghapus ini akan disembunyikan dan apakah warna bagian depan penghapus tadi? Hitam. Bagaimana bisa? Karena warna dari bagian depan penghapus tadi telah berada dalam pikiran. Oleh karena itu yang berada dalam pikiran bersifat ideal atau maka lahirlah  idealisme, tokohnya Plato. Maka munculah aliran Platonisme. Yang di luar pikiran adalah yang real, maka lahirlah realisme. Tokohnya adalah Aristoteles. Kemudian munculah abad kegelapan sekitar abad 12- 13 Masehi, dominasi gereja. Semua kebenaran pada abad itu harus berdasarkan gereja. Salah satu kebenaran yang diciptakan oleh gereja adalah Geosentris. Geosentris yaitu bumi merupakan pusat sedangkan bulan, bintang, matahari dan lainnya diibaratkan domba- domba yang mengelilingi dunia. Itu merupakan kebenaran absoulut pada masa itu. Barang siapa menyampaikan kebenaran lain maka akan dianggap musuh dan dibunuh.
Kemudian munculah Coppernicus atau coppernicusianisme dengan aliran Hermiosentris. Dia menyatakan bahwa tidak setuju dengan paham gereja. Berdasarkan analisis yang dilakukannya, yang menjadi pusat dari tata surya bukanlah bumi melainkan matahari. Sedangkan bulan, bintang, bumi mengelilingi matahari. Setelah itu munculah Galileo, inilah awal zaman modern sekitar abad 14- 15 Masehi. Galileo ditangkap, dibunuh dengan cara dibakar. Tetapi idenya tetap mengalir terus dan idealisme mulai tumbuh kembali. Orang- orang mulai menggunakan rasio sehingga munculah rasionalisme, tokohnya adalah  Renedescartes. Dari rasio ini kemudian munculah pengalaman yang melahirkan aliran empirisisme, tokohnya D. Hume. Masing- masing bersikukuh dengan pendapatnya. Descartes dengan rasionalitasnya berpendapat tidaklah akan ada ilmu jika kita tidak berpikir. Sementara D. Hume berpendapat tidaklah ada ilmu jika tidak berdasarkan pengalaman. Rasion di dalam pikiran bersifat tetap dia itu idealis maka lahirlah seorang yang bernama Immanuel Khant yang merupakan juru damai antara kedua aliran tersebut. Menurut Immanuel Khant  yang berada dalam pikiran yang bersifat tetap yang ideal yang dipikirkan oleh Plato adalah Chemistry. Maka ini sesuai dengan hukum identitas. Hukum identitas adalah , aku= aku.
Pengalaman di luar pikiran sesuai dengan hukum kontradiksi yaitu predikat termuat oleh subyeknya, . Program komputer sudah mulai peduli dengan ruang dan waktu. Maka disini 4= 4 menjadi salah. Maka ini akan benar jika masih ada di dalam pikiran. Semua matematika murni akan benar jika dia masih berada di dalam pikiran. Tetapi jika ditulis dan di ucapkan secara filsafat salah. Siapakah dia?
Pada gambar diatas artinya dari awal sampai akhir merupakan alur, perjalanan. Menurut Immanuel Khant yang berada di pikiran bersifat analitik, yang di luar di luar pikiran bersifat sintetik, yang di dalam pikiran bersifat apriori, yang di luar pikiran bersifat aposteori. Apriori adalah mampu memikirkan walaupun belum melihatnya, sedangkan aposteori adalah baru berpikir setelah melihatnya. Analitik adalah konsistensi ide atau pikiran. Sintetik adalah hubungan subyek predikat dimana predikat termuat dalam subyeknya.
Ilmu itu adalah gabungan antara pengalaman dan rasio. Maka sebenarnya- benarnya hidup adalah berjuang untuk tidak kosong dan buta. Yang di luar pikiran sintetik aposteori dan yang di dalam pikiran analitik apriori. Identitas ini juga bersifat tautologi. Kebenarannya bersifat koherensi yang diperoleh dari konsistensi. Yang di luar pikiran bersifat kontradisksi, bersifat dinamik, kebenarannya bersifat korenpondensi.
Analitik dan aposteori kita kalikan. Apa yang akan terjadi? Analitik adalah konsistensi ide, ide yang sudah dan ide yang akan datang. Aposteori baru bisa berpikir setelah terjadi, sehingga bagaimana mungkin bisa konsisten karena belum terjadi. Maka disini nanti wujudnya adalah matematika formal atau aksiomatik atau matematika murni. Apa yang identitas? Teorema satu=teorema pi dan seterusnya. Jadi analitik tidak cocok dengan aposteori. Bagaimana dengan dengan sintetik dan apriori? Apriori bisa memikirkan walaupun belum terjadi termasuk memikirkan pengalaman. Itulah sebenarnya- benarnya ilmu, bekerja untuk berpikir, berpikir untuk bekerja. Menurut Immanuel Khant, sebenar- benarnya ilmu bersifat sintetik apriori. Maka matematika murni, aksiomatik, matematika formal terancam bukan sebagai ilmu. Disini dunia nya orang dewasa dan disini dunianya anak- anak. Maka disinilah dunianya matematika sekolah.
Ada pertanyaan? Dimana pebatasan antara matematika formal dan matematika sekolah?

Jadi realistik matematik dan ice-berg ini sangat bagus. Menjangkau pikirannya dan menjangkau dunianya. Menjangkau realitanya, menjangkau idealnya.
Apakah ada yang menyangkal pemikiran- pemikiran tadi? Tentu saja ada. Banyak orang yang menolak pemikiran- pemikiran tadi. Semakin ditolak semakin berkembang pemikiran tadi.
Munculah era sekitar 2 abad yang lalu yaitu dimana filsafat dan metafisik ditolak. Yang menolak adalah Auguste Comte yang merupakan jebolan sebuah politeknik di Paris. Buat apa befilsafat jika ingin hidup bahagia. Buat apa berdoa jika menghabiskan banyak waktu, pikirkanlah dengan metafisik tetapi harus ditindak lanjuti dengan sikap positif. Dimana esensi dari sikap positif pertama kalinya di proklamirkan oleh metode saintifik yang sekarang digunakan di kurikulum 2013. Disinilah August Comte telah menabuh genderang perang terhadap spiritualisme karena dianggap tidak relevan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur dan sejahtera. Tanpa disadari oleh dunia timur dan dunia spiritualitas, positivisme August Comte menjelma menjadi dunia yang sekarang, dunia kontemporer mulai dari archaic, tribal, tradisional, feudal, modern, pos modern, pos pos modern. Dimana kepala negara dari pos pos modern adalah Barrack Obama.
Air disini adalah kapitalis, pragmatis, hedonisme, utilitalian, materialisme. Dari air ini semua akan menjelma menjadi neo- neo dan seterusnya. Siapa dia (ikan)? Ikan disini adalah dirimu sendiri. Dirimu yang sedang belajar filsafat ini yang terombang- ambing ke tengah lautan. Lautan kehidupan kontemporer.