Selasa, 21 Oktober 2014

Refleksi Filsafat Pendidikan Matematika I



Refleksi Filsafat Pendidikan Matematika I
(Terinspirasi pada pekuliahan filsafat oleh Prof. Marsigit pada hari Rabu, tanggal 15 Oktober 2014, pukul 09.00- 10.40)

Pertanyaan 1 : Medina

" Mana yang lebih mempengaruhi, keyakinan mempengaruhi filsafat atau filsafat yang mempengaruhi keyakinan?"

Jawab:
Jangan sampai filsafat anda mempengaruhi keyakinan anda. Dihindari, jangan sampai filsafat anda mengurangi kadar keyakinan anda. Tapi usahakan untuk sebaliknya. Jika anda sudah merasa mengalami degradasi, stop dulu berfikirnya dan langsung di intensifkan berdoanya. Sebaliknya keyakinanlah yang diharapkan mempengaruhi filsafat. Seseorang muslim hendaknya dalam berfilsafat mencerminkan perilaku atau pemikiran muslim. Karena filsafat itu merupakan pola pikir yang seluas- seluasnya tetapi batasannya merupakan spiritual kita. Oleh karena itu, dalam postingan- postingan saya banyak mengenai spiritual- spiritual. Untuk mahasiswa yang non muslim bisa menyesuaikan.
Saya bukan kyai, ustad atau apapun. postingan yang saya tulis juga harus berdasarkan refrensi karena terus terang saya tidak bisa mandiri karena saya bukan seseorang yang menjadi penjustifikasi atau penentu dari bidang spiritual karena itu bukan bidang saya dan disini dalam arti profesional. Jika spiritual dalam arti diamalkan memang kita wajib mengejarnya. Filsafat itu tergantung orangnya dan juga spiritualnya.spiritualnya berbeda maka filsafatnya akan berbeda pula. Sekali lagi saya tekankan, jangan sampai filsafatmu mengganggu keyakinanmu tetapi sebaliknya menyuburkan keyakinanmu.seperti, jangan sekali- kali matematikamu mengurangi kadar imanmu. Atau jangan sekali- kali kelancangan pemikiranmu menyebabkan berkurangnya kadar iman dan ibadahmu tetapi usahakan sebaliknya.

Pertanyaan 2 : Sukmo

" Yang ada dan yang mungkin ada, dimana letak yang tidak ada?"

Jawab:
Dalam filsafat, tidak ada itu ada dan tidak ada itu menjadi penyebab adanya yang lain. Contoh, malam tadi saya berencana untuk pergi ke rumah adik dan istri berencana untuk yasinan. Namun entah karena sebab apa, saya tidah jadi pergi kerumah adik dan istri saya pun tidak jadi berangkat yasinan. Saya dan istri masing- masing memiliki kesibukan sendiri dirumah. Dilihat dari sisi yasinan, istri saya tidak ada. Dilihat dari sisi ke tempat adik, saya juga tidak ada. Ketidak adaan saya diruamh adik menyebabkan keadaan saya di rumah. Begitu juga dengan istri saya. Jadi tidak ada itu ada, hanya beda ruang dan waktu. Terkadang orang jawa itu ketidak adaan diperlukan sebagai solusi. Sehingga tidak ada itu ada dalam filsafat.

Pertanyaan 3 :  Aisyah

" Bagaimana belajar ikhlas pikiran, hati, mengajar dan beramal? "

Jawab:
Ikhlas jika selama itu dikatakan atau diucapkan tidak akan pernah ada yang benar keikhlasan itu. Karena keikhlasan itu mencapai ranah spiritual maka tergantung janjinya. Saya berkata ikhlas itu dari tataran yang mana. Kalau tataranya sudah urusan dunia, maka tatarannya menjadi multitafsir. Tapi jika urusan akhirat, tafsirannya hanya satu dan manusia tidak akan pernah mengerti keikhlasan itu sendiri. Kita hanya berusaha untuk memenuhi rukun atau iman untuk mencapai keikhlasan itu. Sebenar- benar Maha Mengerti adalah Sang Pencipta yng mengetahui keikhlasan anda masing- masing. Barang siapa mengaku aku di depan yang Maha Kuasa akan terlempar jauh dia nanti. Maka keikhlasan kita adalah selagi kita tidak mampu tidak dapat mengatakan aku. Keikhlasan dalam belajar, pikiran selama urusan dunia kalau kita mau memikirkannya menurut saya sunnatullah sesuai dengan kodratnya, sesuai dengan ikhtiarnya, harmoni, keseimbangan sesuai hak dan kewajibannya.
Yang ada dan yang mungkin ada bisa dipraktekkan. Seperti nama cucu saya yang posisinya sekarang dalam dirimu adalah yang mungkin ada. Keberadaannya tergantung saya. Jika saya katakan, tulis akan menjadi ada sehingga tergantung saya. Nanti jika telah saya katakan maka nama cucu saya akan masuk ke dalam pikiranmu. Ketika saya katakan nama cucu saya, coba perhatikan teman yang lain, adalah reaksinya? Nama cucu saya adalah Queen Nabila Isatunissa. Apakah ada reaksi?
Sebenar- benarnya belajar adalah mengadakan dari yang mungkin ada. Ikhlas dalam belajar tadi adalah dengan mengadakan yang mungkin ada menjadi ada. Bagaimana caranya, dengan tumakninah, istiqomah. Ikhlas dalam belajar itu seperti apa yaitu dengan mensyukuri nikmat Tuhan dari proses yang mungkin ada menjadi ada.

Pertanyaan 4 : Ghosa

"Apa yang ada diluar pikiran dan yang di dalam pikiran?"

Jawab:
Bisa tidak kita membedakan yang diluar pikiran dan yang di dalam pikiran? Objek filsafat sendiri dapat yang diluar pikiran dan yang di dalam pikiran.
Prof: " Seperti pena ini. Saya menunjukan pena ini. Kemudian saya akan memasukan pena ini ke dalam kertas.
Sekarang dimanakah pena tersebut? "
Mahasiswa: " Di dalam kertas."
Secara filsafat anda telah melakukan suatu kecerobohan dengan mengatakan pena tersebut berada di dalam kertas tersebut. Apa bukti atau jaminannya? Jika anda bisa mengatakan hal tersebut karena tadi melihat saya memasukkannya ke dalam kertas artinya anda berasumsi, berspekulasi saja. Jika menurut filsafat empiris yang murni dikatakan pena saya tidak ada karena tidak terlihat. Ini hanya salah satu filsafat, masih terdapat filsafat yang lain. Pena tadi tidak ada karena tidak terlihat maka itu tadi disebut empiris murni. Pena tadi berwarna hitam, mengapa anda bisa mengatakannya? Karena pena tadi telah terdapat dalam pikiranmu. Jika didalam pemikiranmu tidak ada pena tersebut maka tidak mungkin anda dapat mengatakan pena tadi berwarna hitam. Yang ada dalam pikiranmu adalah ideal dan yang ada diluar pikiranmu adalah realis. Ideal tokohnya Plato dan realis tokonya Aritoteles.

Pertanyaan 5 : Dita

" Apakah ketenangan itu ada, padahal manusia itu bersifat kontradiktif?"

Jawab:
Berfilsafat itu yang terlihat kualitas satu. Dunia itu memiliki dua prinsip, yaitu identitas dan kontradiksi menurut Immanuel Khant. Identitas yaitu aku=aku, x=x, 4=4 tetapi itu hanya terjadi dalam pengandaian, pikiran, jika kita sudah meninggalkan dunia di akherat. Selama kita turun ke bumi, berfilsafat sensitif ruang dan waktu. Karena sensitif dengan ruang dan waktu maka aku tidak pernah bisa menunjuk aku adalah diriku. Belum selesai aku menunjuk diriku, aku sudah berubah. Dari diriku yang tadi menjadi diriku yang sekarang dan seterusnya. Dalam filsafat yang sensitif terhadap ruang dan waktu, diriku yang sekarang dan diriku yang nanti itu berbeda. Maka akupun  tidak akan pernah bisa menulis bahwa aku sama dengan aku.karena aku= aku dalam filsafat akan menjadi salah karena disini kita menemukan aku ada dua macam yaitu aku pertama dan aku kedua, aku yang kiri dan aku yang kanan. Jadi hukum identitas aku= aku tidak terjadi di dunia ini, tidak akan pernah terjadi dan itulah yang dinamakan kontradiksi. Sebenarnya apa yang terjadi? Yang terjadi adalah di dunia itu tidak akan pernah sama subjek= subjek apalagi subjek dengan predikat. Jika subjek= predikat maka akan menjadi identitas dan itu hanya terjadi dalam matematika yang dipikirkan, matematika yang ditulis saja akan menjadi salah. Di dunia ini subjek kita adalah jika subjek dirimu maka predikat itu milikimu dan sifatmu. Selama kita di dunia tidak mungkin subjek =predikat karena predikat adalah sifatnya.  karekter yang lain meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Jadi berfilsafat itu tidak hanya sekedar memandang tetapi juga memandang apa yang ada dibaliknya. Jadi karena hakekat yang ada dalam dirinya terikat dengan ruamg dan waktum maka tiadala sesuatu yang tetap maka mengalami perubahan. Tergantung pada pertanyaan ini, jika yang dimaksud tenang adalah tetap maka ketenangan hanya akan anda raih dalam pengandaian atau akherat. Jika diartikan tidak tenang maka hahekat hidup di dunia itu adalah tidak tenang. Maka bersiap-siaplah untuk tidak tenang agar anda dapat terus hidup. Tetapi saran saya tidak tenanglah dalam pikiran sedangkan hatimu jagalah dia agar tetap tenang. Karena sebenar- benar ilmu adalah diperoleh dengan cara tidak menenangkan pikiran, karena pikiran yang tenang itu artinya pikirannya sudah berada di akherat. Yaitu kontradiktif. Artinya tesis perlu dicari antitesisnya, kemudian dicari sintesisnya. Jika anda mengiyakan apa yang saya katakan sampai nanti akhir jaman makan anda itu tenang. Tapi ketenanganmu artinya anda tidak akan memperoleh ilmu apa- apa. Maka untuk memperoleh ilmu, janganlah anda anggap tenang, tesis yang tidak tenang harus dicari antitesisnya. Maksudnya anda harus bertanya lagi untuk mencari kebenaran yang sesunggguhnya. Maka pekerjaanmu itu adalah tesis, antitesis dan sintesis. Maka sebenar- benar hidup adalah tesis, antitesis dan sintesis. Tenang bereti hanya tesis saja, artinya anda terancam kematian dalam pikiranmu. Maka filsuf akan mencatat bahwa sebagian yang akau lihat akan terancam kematian dalam pikirannya. Karena ilmu yang diperolh hanya diiyakan, tidak pernah dicari solusinya. Maka sebenar- benarnya tenang mengandung ketidak tenangan. Maka manusia sebenarnya tenang di dalam ketidaktenangan.
Membangun rumah jika kita lihat adalah dari bawah ke atas dan itulah kualitas pertama. Namun dalam filsafat harus anda perhatikan, apakah ada dalam membangun rumah tanpa adanya meletakkan sesuatu dari atas ke bawah? Maka jika secara filsafat dapat dikatakan bahwa membangun rumah adalah dari atas ke bawah. Jadi yang terlihat dari bawah ke atas mengandung dari atas ke bawah dan dialami.

Pertanyaan 6 : Dyah

" Bagaimana tentang hakekat hidup manusia? "

Jawab:
Manusia menemukan hekekat hidupnya dengan berbagai cara. Dari sisi pemikiran, bagaimana yang ada dan yang mungkin ada. Dari pemikiran intuitif, bagaimana kita dapat berpikir untuk itu. Kemudian menyadari adanya dalil- dalil dan aksioma. Dalam masing- masing agama memiliki dalil- dalil dan ksioma yang telah tertulis dalam kitab suci. Turun ke bawah menjadi pedoman. Jika di mahabarata, kitab- kitab disana turun kebawah agar mudah untuk memahaminya diwujudkan dengan perilaku para dewa. Mahadewa bercinta dengan Dewi Parwati itu menjadi model untuk percintaan manusia dan juga perilaku- perilaku lainnya yang menjadi model- model untuk perilaku manusia. Setinggi- tingginya kekuatan yang dimiliki oleh Mahadewa adalah filsafat, aksioma, teori dan dalil. Jadi jika anda kuliah filsafat ini seolah- oleh ingin mendapatkan ilmu tantra, maka Mahadewanya adalah saya.
Maka karena matematika ada diatas maka matematika memiliki aksioma. Bilangan bulat + bilangan bulat= bilangan bulat. Maka jika seseorang mengatakan 2 lebih besar daripada 7 tidak salah. Karena 2 sendiri ditulis menggunakan spidol sedangkan 7 ditulis menggunakan pensil. Maka semua yang ada di dunia ini tidaklah sempurna. Maka dalil tersebut pastunya benar karena terbebas dari ruang dan waktu. Ayam itu dewanya cacing. Kucing itu dewanya tikus. Engkau itu dewanya jilbabmu. Subjek dewanya predikat. Engkau dewanya milikmu. Engkau dewanya sifatmu. Sekarang, engakau dewanya yang tadi. Engkau yang nanti dewanya engkau yang nanti. Apa maksudnya dewanya disini?  Dimensi, supaya engakau paham terdapat dimensi yang berbeda- beda. Jika subjek dewanya maka predikat adalah daksa. Yang perlu diberikan pantangan adalah daksanya bukan dewanya.